Ini adalah cerpen karangan saya sendiri. Ini adalah pengalaman pribadi saya dan pasti dari kita semua juga mengalami hal yang sama sebagai kakak-beradik. Awalnya iseng, eh ujung-ujungnya berantem. dan orangtua jadi penengah untuk mendamaikan kita. Maka dari itu, saya ingin berbagi cerita ini. Terimakasih. :)
Akibat Usil
“Ugh” gerutuku dalam
hati. Hari ini sangatlah menyebalkan. Aku tidak membawa tugas sekolah padahal
aku telah mengerjakannya dengan susah payah! Dan, sekarang aku diberi tugas
tambahan, menyalin pr tersebut sampai 10
kali! Menyebalkan sekali bukan? Bukan 10 nomer tapi 20 nomor dan semua soal
tersebut adalah soal isian. Capek banget pasti. Dan aku tau ulah siapa ini,
Adikku! Dia memang sangatlah usil, membuka tas orang tanpa izin, meminjam
pulpenku lalu menghilangkannya, mencoret-coreti buku catatanku tanpa sepengetahuanku.
Kurasa aku sudah cukup sabar sebagai kakak!
Bukan hanya itu
kesialanku hari ini. Pada jam istirahat salah seorang temanku yang bernama
Sonya meminjam buku paket IPS ku. “Mad, gua pinjem buku cetak IPS lu dong. Gua
lupa bawa nih.” Pinta Sonya. Dengan segera aku berjalan menuju meja ku dan
mengambil buku paket IPS ku. “Pulang sekolah nanti jangan lupa dibalikkin loh
yah!” pesanku seraya memberikan buku paket IPS yang dia minta. “Siiiiiiipppp,
thaks yah!” sahut Sonya dan segera kembali menuju kelasnya.
Kriiiiiiiinnnnngggg..
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Ketua kelas menyiapkan kelas untuk memberi
salam. Satu per satu murid pun keluar sambil menyalim tangan bu guru. Ternyata
Sonya sudah menunggu dari tadi. “Ciiiieee, Doni..” ledek Sonya. Akupun bingung
apa yang dimaksudnya, “Doni? Maksudnya?” tanyaku akhirnya pada Sonya. “Nih,
liat tulisan yang di buku lu ‘Madeline love Doni love Madeline forever’ ”
Akupun terkejut dan langsung menjelaskannya pada Sonya “Itu ade gua yang nulis,
tulisan gua ga mungkin sejelek itu!” jelasku. “Gua sih percaya, tapi, kalo
anak-anak yang lain ga tau deh. “ sahut Sonya. “Oh iya, nih buku lu, makasih
ya. Udah dulu yah, dahh” tambah Sonya sambil melambaikan tangannya dan segera
pergi. Aku segera turun setelah menerima buku paket ku, tapi saat aku turun
dari tangga semua anak-anak yang melihat ku langsung meledekku “ciee, Doni!”
Kali ini adikku benar-benar keterlaluan.
Akupun tiba di rumah,
“Gita!” teriakku sambil mencari-cari adikku. “Mad, kenapa teriak-teriak sih?
Kamu kan baru pulang.” Tegur mama namun aku tak menghiraukannya. “Gita!”
teriakku lagi, akhirnya dia pun muncul “Ada apa sih? Kok pake teriak-teriak
segala?” tanyanya. “Masih nanya apa lagi. Lu kan yang ngacak-ngacakin tas gua
terus ngeluarin ps/pr Inggris gua? Dan gara-gara ulah lu itu gua disuruh nyalin
10 kali! Satu lagi, nih liat, lu kan yang nulis ini?!” ucapku sambil
menunjukkan buku paket ku. “Gara-gara lu gua di ledekin! Hari ini bener-bener
sial bagi gua!” tambahku lagi, kali ini aku benar-benar marah. “Yah, maaf..”
ucapnya. “Maaf? Berulang kali lu nyoret-nyoretin buku gua dan lu selalu minta
maaf tapi nyatanya lo ulangin lagi kan?” sahutku, dan segera pergi ke kamar.
Tanpa sepengetahuanku,
mamaku menasihati adikku di ruang tamu. “Git, kamu jangan suka nyoret-nyoretin
buku kakakmu, kalau kamu coretin gimana bisa dia belajar?” ucap mama ku mencoba
menasihati adikku. “Satu lagi jangan suka ngebongkar-bongkar tas kakak apalagi sampai ngeluarin buku
pelajaran yang udah dia susun? Ntar kalau hilang atau ketinggalan gimana?
Kasihan kan?” nasihat mamaku lagi. Kali ini adikku mulai mengerti. Mama segera
pergi dan meninggalkan adikku sendirian.
Sementara aku sendiri
di kamar. Aku merasa suasana hatiku mulai membaik aku tidak semarah yang tadi.
Sekarang aku malah merasa menyesal karena sudah membentak adikku tadi.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk. “Ka..” panggil adikku dan segera masuk. Tapi
aku hanya diam saja, walau aku tak semarah tadi aku tetap saja masih kesal.
Adikku pun mendekati ku, “Ka, maaf ya kalo aku udah sering buat kaka kesal. Aku
minta maaf karena aku ngebongkar tas kaka terus ngeluarin buku kaka dan ngebuat
kaka di hukum. Aku juga minta maaf karena udah nyoret-nyoretin buku kaka. Maaf ya
kak..” ucapnya tulus sambil mengulurkan tangannya. Akupun tak tega, akhirnya
aku membalas uluran tangannya sambil berkata ”janji yah, jangan diulangin
lagi.” Pesanku. “Iya aku janji” sahutnya. Akhirnya kamipun berbaikan. Ternyata
mama melihat kami dan ikut senang. “Ehm, karena kalian udah baikan, gimana kalo
mama bikin goreng pisang?” tawar mama. Aku dan adikku pun saling pandang dan
tersenyum lalu bersorak “HOOORRREEEE!!!”
-TAMAT-